MAKALAH
PANDANGAN ISLAM TERHADAP TPERKEMBANGAN TEKNOLOGI
KOMUNIKASI
Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi
Dosen pengampu:
A.
Aziz
Ma’arif, S.SOS., M.Si.
Disusun
Oleh :
Yuyun
Yuningsih
Nim:
1209406071
JURUSAN ILMU HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar belakang
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin cepat, dalam
abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah emlakukan
langkah-langkah strategis dengan meningkatkan
pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dn takwa serta tidk
ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknolog komunikasi. Namun seiring dgn upaya
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
komunikasi kita pun harus jeli menentukan pilihan ini..
Namun terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran kita sebagai umat
Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Karena sungguhpun
perubahan sosial dan serta
nilai kehidupan yang
dibawa oleh arus modernisasi westernisasi dan sekularisasi terus-menerus
menimpa dan menyerang masyarakat Islam tetapi kesadaran umat Islam untuk membendung
dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata masih cukup tinggi
meskipun hanya segolongan kecil umat yaitu mereka yg tetap teguh utk menegakkan
nilai-nilai Islam. Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi
kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari,
mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan
kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi.
Ada
lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan,
pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan
menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)
1.2. rumusan masalah
Di era globalisasi yang semakin cepat, termasuk dalam
teknologi komunikasi semkin tak tertandingi lagi yang banyak memunculkan inovasi-inovasi
baru, dengan adanya teknologi komunikasi memudahkan manusia untuk menjalankan
bebagai aktivitas,, dan islam pun memandang hal itu dalam islam adanya aturan
dan etika dalam mengggunakan teknologi komunikasi, seperti ayat berikut yang
menjelaskan tentang pandangan islam terhadap perkembangan teknologi komunikasi.
1.3. tujuan
1. mengetahui
peranan islam terhadap perkembangan teknologi komunikasi, dan bisa
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari seiring dengan perkembangan teknologi
yang semaikn cepat.
2. dengan membuat makalah yang “berjudul peranan islam terhadap perkembangan teknologi komunikasi”.
Sebagai salah satu pengguna teknologi dapat memerankan dan islam menjadi acuan
dalam perkembangan teknologi komunikasi yang kebanyakan bermunculan dari barat.
3. memberi manfaat baik bagi pembuat makalah, dosen dan
masyarakat tentunya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. pengertian pandangan islam terhadap perkembangan
Teknologi Komunikasi
Krisis
multidimensional terjadi akibat perkembangan Teknologi Komunikasi yang lepas dari kendali
nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai
bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat
pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara
maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat
polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga,
seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata
Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis
Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin,
terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh
negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Negara-negara yang berpenduduk
mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau
negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak
menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya
saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka
kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka
kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara
Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis
(’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi
informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan
kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.
Kenyataan memprihatikan ini
sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan
teknologi komunikasi Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di
negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin
kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan teknologi komunikasi).
Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya
dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk
dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan
pesta pora bangsa-bangsa negara maju.
Ironis bahwa Indonesia yang
sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, justru mengalami
krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil produksi
gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia,
kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar,
dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemana harta kekayaan kita yang
Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi
negara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?
Kenyataan menyedihkan tersebut
sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas
Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa
dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan
mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta
melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis
(mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).
Akhlak yang baik muncul dari
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan
Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt hanya akan muncul bila
diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah
swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat
KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Islam, sebagai agama penyempurna
dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk
mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam
semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi komunikasi.
Berbeda dengan pandangan dunia
Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang
’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek
untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang
amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat
kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses
perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk
ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal
adalah ayat:
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] :
190-191)
“Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa
derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 )
Bagi umat Islam, kedua-duanya
adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda) ke-Mahakuasa-an dan Keagungan
Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited
knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasul Allah (Taurat,
Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena,
prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan
direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu + akal) akan semakin
mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah
swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala
eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu
sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang
koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling
memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Bila ada pemahaman atau tafsiran
ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang
salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada
’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka
yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang
berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
Karena alam semesta yang dipelajari
melalui ilmu pengetahuan, dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah
Rasulullah saw yang dipelajari melalui
agama– , adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat)
Allah swt, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak
belakang, karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta
dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
a. presektif Islam terhadap Teknologi
Peradaban
Islam sangat berbeda dengan Yunani, Romawi dan Byzantium dalam memandang
teknologi. Para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap
teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah. Fakta itu
terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern
terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan.
Demikian pula ajaran
Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang
teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan
Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa
yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua
itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika
terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya. Bukanlah Alquran
sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yang sempit? Allah SWT
telah berfirman yang artinya “Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam
agama suatu kesempitan.” .
Kemajuan teknologi modern yang
begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti
Radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya
serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, atau
anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang
diakibatkannya. Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung
jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasi dan alat-alat canggih yang
dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah
yang menentukan operasionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala
manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa
dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan
kesenangan semata.
Kemajuan teknologi
dalam dunia kedokteran juga patut untuk kita apresisai secara kritis; proses
cloning (bayi tabung) misalnya, telah mendapat tanggapan beragam dari para
ulama; Sebagian
kelompok agamawan menolak fertilisasi in vitro pada manusia karena
mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya mempermainkan Tuhan yang
merupakan Sang Pencipta. Juga banyak kalangan menganggap bahwa pengklonan
manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini dapat dianggap sebagai
“intervensi” karya Ilahi.
Sebaliknya,
Sheikh Mohammad Hussein Fadlallah, seorang pemandu spiritual muslim
fundamentalis dari Lebanon berpendapat, adalah salah jika menganggap kloning
adalah suatu intervensi karya Ilahi. Peneliti dianggapnya tidak menciptakan
sesuatu yang baru. Mereka hanya menemukan suatu hukum yang baru bagi ormanisme,
sama seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in vitro dan transplantasi organ).
Professor Abdulaziz Sachedina dari Universitas Virginia mengemukakan bahwa
Allah adalah kreator terbaik. Manusia dapat saja melakukan intervensi dalam
pekerjaan alami, termasuk pada awal perkembangan embrio untuk meningkatkan
kesehatan atau embrio splitting untuk meningkatkan peluang terjadinya
kehamilan, namun perlu diingat, Allahlah Sang pemberi hidup (Sachedina, 2001).
Di sinilah
Islam sebagai agama paripurna yang mampu memberikan petunjuk bagi manusia. Ini
semua tidak lepas dari karakter agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Memang dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah
melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan pembinaan sumber daya
manusia guna mewujudkan kualitas iman dan takwa serta tidak ketinggalan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. presektif barat terhadap Teknologi
Menurut catatan
sejarah, bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yang telah
dikembangkan lebih dahulu oleh kaum muslimin. Kemudian mereka mengembangkannya
di atas paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam
sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi
kebenaran. Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan
rasionalitas bahkan telah menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan
hidupnya. Mereka menyangka bahwa dengan iptek mereka pasti bisa mencapai apa
saja yang ada di bumi ini dan merasa dirinya kuasa pula menundukkan langit
bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yang ada di bumi dn langit.
Tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya
itu kepada semua yang ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi
keputusan terhadap segala permasalahan di dunia. Sebenarnya masyarakat Barat
itu patut dikasihani karena akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia
betapapun tingg kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal
yang lahiriah saja dari kehidupan semesta alam. Mereka lupa bahwasanya manusia
hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di
atas orang pintar ada lagi yang lebih pintar. Dan sungguh Allah SWT benci
kepada orang yang hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yang
ada di dalamnya.
2.2. sejarah penerapan teknologi komunikasi dalam
peradaban
Di era keemasan
Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang bersifat
teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu
pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan,
ilmu tentang sungai dan kanal, ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu
tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi. Para
penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan Islam menempatkan para
rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan terhormat.
Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim, pada masa
itu, yang juga merangkap sebagai rekayasawan.
Al-Kindi, misalnya, selain
dikenal sebagai fisikawan dan ahli metalurgi adalah seorang
rekayasawan. Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli
kimia juga berperan sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai seorang
astronom dan fisikawan juga seorang rekayasawan. Selain itu, peradaban Islam
juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu tentang timbangan dan
pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan, teknik mesin
dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya
subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains. Para ilmuwan Muslim memberi
perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu
terapan dan subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah
teoritis,” ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam Islamic
Technology: An Illustrated History. Sejumlah kitab dan risalah yang ditulis
para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan
teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku atau
kitab karya cendikiawan Muslim, seperti; Mafatih al-Ulum, karya al-Khuwarizmi;
Ihsa al-Ulum (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi, Kitab
al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.
Para
rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang
teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi,
hingga gedung pencakar langit. Sejarah membuktikan, di era keemasannya,
peradaban Islam telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung
jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan
mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.
Bendung jembatan itu mampu
menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di
kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga muncul di
kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu
tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Selain itu, di era kekhalifahan
para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun bendungan pengatur air diversion
dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air.
Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai
Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu
pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.
Pencapaian lainnya yang berhasil
ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah pembangunan
penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh
kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam
hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa
itu bertaburkan cahaya.
Selain dikenal bertabur cahaya di
waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata,
pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan sarana pengumpul
sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia
sebelumnya.
BAB III
KESIMPULAN
Bahwa pada
dasarnya segala sesuatu bersumber dari islam termasuk dalam teknologi
komunikkasi dalam pandangan islam. Perkembangan teknologi komunikasi lebih dulu
ada di bandingkan dengan dunia barat. Peradaban modern adalah hasil kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang gemilang yang telah dicapai oleh manusia
setelah diadakan penelitian yang tekun dan eksperimen yang mahal yang telah
dilakukan selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau kemudian manusia
menggunakan penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya. Kemajuan
teknologi secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat luas dgn cara yang
belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala. Namun seiring dengan
upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita pun harus jeli
menentukan pilihan ini. semua ilmu dan kemajuan itu dicari untuk menegakkan
syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yang
dikehendaki Allah serta untuk meluruskan kehidupan dengan berlandaskan pada
kaidah moral Islam?
Ada banyak tantangan yang harus
kita jawab dengan pemikiran yang berwawasan jauh ke depan. Namun terlepas dari
problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas kita
sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Karena sungguhpun perubahan sosial dan tata nilai kehidupan yang dibawa oleh
arus westernisasi dan sekularisasi terus-menerus menimpa dan
menyerang masyarakat Islam tetapi kesadaran umat Islam untuk membendung
dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata masih cukup tinggi
meskipun hanya segolongan kecil umat yaitu mereka yang tetap teguh untuk
menegakkan nilai-nilai Islam.
REFERENSI
§ persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm
§
Amir, Mafri. Etika
Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta: Logos, 1999.
§
Arifin, Anwar. Ilmu
Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar